Minggu, 04 Maret 2012

resensi kumpulan cerepn : CUCU TUKANG PERANG



Cucu tukang perang dalam karya Soeprijadi Tomodiharjo
Oleh Eka puspita sari,dkk.
Add caption
Judul   : Cucu tukang perang
Penulis  : Soeprijadi tomodiharjo
Penerbit : Akar Indonesia                                          
Tebal      : 0,7 cm
Cetakan  : Pertama januari 2011
P x L      :  20 cm x 13,5 cm
Harga      : Rp 25.000                                                
           
Kumpulan cerpen dari seorang sastrawan eksil  Soeprijadi tomodiharjo ini sangat menggugah selera saya untuk membacanya berulang-ulang kali . Karya-karyanya yang selalu menggunakan latar tempo dulu dan setelah zaman peperangan membuat saya penasaran untuk membacanya .

            Banyak karya-karyanya yang telah diterbitkan dan dimuat oleh beberapa media massa. Tak tanggung-tanggung 4 tahun belakangan ini beliau telah menerbitkan beberapa kumpulan cerpen: Mereka cuma ketawa (agustus 2004) , Ziarah ( agustus 2005) , Glenmore ( oktober  2006) , Namaku Luman zen - zen loman ( januari 2008) , Tutuka ( februari 2009 ) , Tembok (november 2009) , Ryan ( maret 2010) dan Bahuadji tiada lagi ( februari 2010) .
            Sebuah kumpulan cerpen seharusnya mempunyai banyak kandungan moral dan nasihat untuk kehidupan sehari-hari . Alur dan latar pada cerita sangat mempengaruhi minat para pembaca pada umumnya . Pada kumpulan cerpen ini saya menemukan ketitik jenuhan saat membacanya . Sebab secara keseluruhan karya Soeprijadi ini banyak menggunakan bahasa sastra yang agak sulit untuk dipahami oleh masyarakat awam . Selain itu , cover atau sampul dari buku ini yang sangat monoton membuat buku ini terkesan adalah sebuah buku lama .
            Namun disamping itu semua , cerpen ini juga mengandung banyak sisi positif bagi setiap masalah kehidupan yang kita hadapi .Soeprijadi tomodiharjo ternyata mengajak masyarakat untuk berfikir kembali secara realistis dalam menghadapi setiap masalah kehidupan . Salah satu karyanya yang menarik menurut saya adalah “Rumah bunda”.
            Rumah bunda bercerita tentang seorang istri pejabat yang ditinggal suaminya . Dia mempunyai 2 orang anak . Setelah kepergian suaminya mereka masih tinggal di rumah dinas yang diberikan oleh pemda . Walaupun sudah beberapa kali petugas pemda mendatangi bunda dan meminta bunda segera pergi dari rumah dinas pemda itu tapi bunda tetap tidak meninggalkannya . Namun pada akhirnya , bunda dan anak-anaknya memutuskan untuk meinggalkan rumah dinas itu dan mengontrak di sebuah komplek perumahan elit di tengah kota . Tapi ternyata rumah yang ditempati bunda sekarang adalah bekas warung remang-remang yang digunakan oleh pelaku seksual mengajak pelanggannya memuaskan hasrat .
            Tak kalah serunya dengan Rumah bunda . Cucu tukang perang yang menjadi judul dari kumpulan cerpen ini juga sangat menarik untuk dibaca . Cerpen ini bercerita tentang seorang veteran perang berkebangsaan Belanda yang kehilangan telapak tangannya di perang Busnia . Tetapi sepanjang cerita tokoh seperti mengunci dirinya dan lebih memilih melayani keluh kesah perawaatnya yang ternyata keturunan Ambon . Dia adalah seorang cucu tukang perang yang tak berani berperang . Bahkan ia tidak berani membunuh seekor lalat yang terbang bebas di kamar veteran itu . Selain itu , dia juga terpaksa menjadi perawat meski gajinya kecil .
            Cerpen-cerpen Soeprijadi memang selalu menghadirkan cerita-cerita anak manusia dengan segala nasibnya . Karna itu saat saya membaca karya-karyanya , saya tak ubahnya mengalami ataupun pernah mendengar cerita itu sendiri . Cerita-cerita yang dihadirkan berkaitan dengan kehidupan sehari-hari yang akhirnya menghadirkan solusi terbaik untuk semua masalah kehidupan .

Kelompok 6 :
Anggota : Eka puspita sari                                          
                 Galvin pratama koga                                  
                 Ika andini
                 Muhammad solihin
                 Nike wijaya
                  Oki riawan sacharinda

             
                                                                       

Tidak ada komentar:

Posting Komentar