Minggu, 04 Maret 2012

“MALAIKAT TITIPAN IBU”


                                                            “MALAIKAT TITIPAN IBU”
Aku masih termenung diatas tempat tidurku sejenak . Ketika waktu shubuh telah menunjukkan Pkl . 04.45 wib . Aku bergegas mengambil handuk dan menuju kamar mandi . Sesampainya  di kamar mandi , segera ku basahi tubuhku dengan air yang sejuk dan mengalir itu . Lega ku rasakan di jiwaku . tapi tidak untuk jiwaku . Jiwaku belumlah tenang . Kepedihan hatiku belum juga terobati . Walaupun kejadian itu sudah bertahun-tahun lamanya . Dan kurasakan hangat mengalir di pipiku . Air mataku meleleh membanjiri pipi tirusku . Aku tak tahan , sungguh tak tahan . Sungguh berat beban yang ku tanggung sejak aku kecil ini .
Setelah shalat shubuh aku masih saja termenung di depan meja riasku . Tanpa sadar lamunanku sudah melambung tinggi . Masih saja perih yang kurasakan . Lamunanku seketika buyar ketika mendengar suara teriakan tante Elvi . Dia ibu tiriku yang telah ayah nikahi 3 tahun lalu . Tapi tetap saja kehadirannya di rumah ini tidak bisa menggantikan posisi ibuku .
“anak gadis bangun siang !! bangun-bangun !! dia mengetuk pintu kamarku dengan keras . kubuka pintu itu .                                              
“apa ? aku dari tadi bangun . Kamu tuh yang baru bangun!!
“yah dia bantah !! kalau udah bangun dari tadi cepat ke dapur , aku mau makan tau !! matanya melotot .
“siapa kamu perintah aku ? aku menatap dia tajam .
“aku ini ibu kamu !!”
“Bukan!!!”
Plakkk!! Ku banting pintu kamarku . Dan aku masih mendengarkan ocehan –ocehan tante Elvi . tapi tak gubris sama sekali . Tak ada waktu untuk melayani nafsu amarahnya Tante Elvi . Ku lirik jam tanganku , sudah Pkl.06.00 pagi . Aku harus segera ke sekolah , kebetulan aku ada janji pagi ini .
                                                            ***
                 Di gerbang sekolah , Rindi sudah menungguku dengan setia . Dia pacarku . Sudah 8 bulan belakangan ini kami pacaran . Sosoknya yang pintar , baik , tampan , dan juga sederhana membuat semua perempuan di SMA ku ini mengaguminya . Kata teman-temanku , aku sungguh beruntung mendapatkan Rindi . Dia menghmpiriku dengan senyuman manis tersungging di bibirnya . Ku balas senyumnya yang manis itu .
            “pagi Kika ,” sapa Rindi .
            “pagi Rin , kamu baru datang ?”
            “baru ka . Kenapa matamu sembab ka ?” Rindi menatap mataku heran .
            “ohh.. tidak apa-apa Rin . Aku semalam dari nonton film Love story . Kisahnya sedih sekali .. aku sampai menangis , kamu udah nonton fil itu belum? “ aku mencoba menguatkan diriku .
            “ belum ka . Tapi minggu ini aku berencana untuk mengajak kamu nonton film . Kamu mau gak?”
            “ mau rin , tapi film apa ?”
            “ Purple love ka . kata sepupuku filmnya seru loh dan pemainnya dari Band Ungu .“
            “ baik , kita nonton ya “.
Aku tersenyum melihat teman-temanku yang dari kejauhan telah melambaikan tangan mereka .
            “ ehh… ka , itu teman-teman kamu !! kita kesana yuk ..!!
            “ iya rin.”
            Rindi menggandeng tanganku . Tangannya yang hangat mampu menghangatkan tanganku yang dingin ini . Kupandangi wajah Rindi yang putih bersih itu , tak satupun noda ada di wajahnya . Putih mulus , seputih hatinya . Ohh… sungguh beruntungnya aku memiliki Rindi .
            Rindi mengajakku masuk kelas . Dia duduk tepat di sampingku . Rindi menyodorkan sebuah novel karya Habiburrahman El-shirazy , Dalam Mihrab Cinta . Sudah lama aku ingin membelinya , tapi sampai sekarang aku belum membelinya .
            “ Hey .. itu DMC Rin ?”
            “Iya ka , ini untuk kamu “.
            “Hah… serius Rin ?? terima kasih banyak ya Rin … “
Aku tesenyum-senyum sambil membaca synopsis dari novel yang kini sudah ada di tanganku . Tapi Rindi masih saja terdiam dan dia memandangku dengan tatapan merayu .
            “ Hey Rindi … aku tadi bilang terima kasih . Kenapa gak dijawab ?”
            “ehh… maaf kika , iya sama-sama “
Rindi tersenyum padaku , “ Kika kamu begitu cantik pagi ini “ . Aku tersentak kaget . Kalimat itu mengalir bak kilatan yang menyambar dengan cepat . Pipiku rasanya sudah mulai memerah . Aku segera mengambil Buku Bahasa Inggrisku dari dalam tasku dan meletakkanya diatas mejaku .
            “ohh ya Rindi , kamu udah PR Bahasa Inggris belum ?”
            “ohh udah kok ka , kita samain ya “ .
            “iya rindi “
            Kami bak sepasang merpati yang sedang kasmaran . Selalu bersama di segala kesempatan . Ya begitulah hari-hari kami . Senagn dan bahagia . Tapi terkadang setiap kebahagian tidak akan lengkap jika tidak ada perusak ataupun pengganggu . Contohnya Rio kakak kelasku yang satu ini . Kata Rina , dia menyukaiku . Tapi bagiku tidak ada daya tarik dari dirinya .
            “ Hey Kika , morning ?” dia menyapa dan menghampiriku dengan gayanya yang kurasa seperti preman pasar .
            “Morning ..! Ada apa kak ??” jawabku sekenanya dengan senyum yang sangat terpaksa .
            “Ohh my God , common Kika !! I think you so smart to talk English with me , right ?”
Ohh Tuhan … mimpi apa aku semalam . Harus bertemu dengan calon Bule ini . Aku harus cepat pergi .
            “Uhm kak .. maaf . Sepertinya aku harus ke kantin . Aku lagi lapar dan aku mau sarapan dulu . Dah kak… !! “
Segera aku berlalu dari hadapa kak Rio . Tak lupa ku raih tangan Rindi dan menariknya menuju kantin . Kali ini perutku sepertinya tidak bisa diajak kompromi . Cacing dalam perutku telah berpesta .
            “Kamu kenapa ka , kok kelihatan murung terus dari tadi pagi ?”
Tanya Rindi ketika kami telah sampai di kantin dan memesan semangkuk mie ayam untuk Rindi dan Bakso mie untukku dan tidak lupa dua cangkir teh hangat .
            “Aku gak apa-apa kok Rin . Aku ini lagi lapar banget . Dari semalam aku gak makan “. Jawabku dengan suara malas .
            “Ada yang kamu sembunyikan dari aku ya Ka ??”
            “ Ohh gak Rin . Ini hanya masalah rumah saja , kecil !!”
            “ Kenapa ka , ibumu lagi ?”
            “Ini tehnya udah datang , diminum dulu Rin “
Aku tersenyum dan berusaha mengalihkan pembicaraan tepat ketika pelayan datang membawa pesanan kami .
            “Makasih ya mbak “ jawab Rindi.
            “ Makan yuk Rin , aku sudah laper banget nih !!”
            Mie ayam dan Bakso itu masih terasa panas . Pas banget untuk perutku yang sedang kosong . Walaupun aku tahu makan disaat keadaan perut kosons ini tidak terlalu baik . Tapi tak apalah , aku memang sedang lapar  .
            “ Kamu udah kaya’ orang gak makan 100 hari ka , nafsu banget “
            “ Kamu kan tahu kalau aku lagi laper gimana Rin … “
            “ Iya aku tahu … “
Rindi berhenti mengambil mie ayamnya dan mentapku . Aku merasakan tatapan Rindi tapi aku memang sengaja tidak menyadarkan lamunannya .
            “ Kamu kenapa Rindi ?? kok melamun dimakan tuh mie ayamnya , nanti keburu lonceng bel bunyi lho . Apa perlu dibantuin ?? “ Rindi tertawa.
            “ Kamu ini . Itu saja beluum habis udah mau nambah “ . Rindi masih memandangiku .
            “ Rindiii… kamu mgeliatin aku ya ?? tanyaku Ge-er.
            “Siapa yang ngeliatin kamu . Aku cuma lagi ngeliatin Kikaku yang cantik ini kok !!” Rindi menarik hidungku dengan kuat .
            “ Rindiii……….!!!”
Ku cubit lengan yang putih langsat itu . Kulitku kalah dibandingkan Rindi walaupun  aku sudah berusaha menutupinya dengan lengan panjang . Tapi masih saja seperti ini . Rindi , kamu begitu sempurna bagiku .
                                                            ***
“Kika …. Kika … ayah pulang nak !”
Ayah memanggilku dari ruang tamu . Aku segera keluar untuk menyambut kedatangan ayah .
“Ayah…., Kika kangen Ayah !! “ ku peluk ayahku erat-erat seolah aku tidak ingin membiarkan dirinya pergi lagi dariku . Sudah lama aku tidak bertemu ayah . Ayah memang sudah lama pergi ke luar kota . Kebetulan Ayah dapat proyek baru untuk pembangunan tata ruang kota di Jambi . Aku sangat senang Ayah  pulang . Setidaknya aku tidak akan pernah mendengar celotehan Tante cantik dan kecentilan itu lagi , Tante Elvi yang hampir membuat gendang telingaku pecah .
“Hai saying .. kamu udah pulang ya ? kok gak ngabari kita ? “ Tante Elvi datang dan langsung memeluk ayahku . Ohh.. Tuhan kenapa masih ada makhluk seperti dia di dunia ini . Aku sangat muak dengan wajah itu . Wajah paling manis yang ia tampilkan ketika ayah datang dan akan nerubah seratus delapan puluh derajat menjadi seorang nenek sihir paling sakti jika ayah pulang.
“ Kika .. sini nak , disalim donk ayanhnya . Jangan berdiri saja “
Astaghfirullah… apa ? gak salah ? dia memanggilku dengan sebutan nak ? Masih seribu pertanyaan lagi menyeruak di otakku kalau saja ayah tidak datang menghampiriku . Yes.. aku menang !!
“ Kika , kamu kenapa nak ? kok melamun terus ? ayah memelukku khawatir .
“Gak apa-apa yah , Kika Cuma kaget saja . Ayah Kika kangen banget sama Ayah . Kika mau cerita sama ayah !!” penyakit manjaku mulai kukeluarkan jika ayah sudah ada disisiku .
“ Kamu mau cerita apa nak ? Kita cerita di taman saja ya , nanti ibu juga ikut ya ??” pinta ayahku yang spontan membuat alisku mengernyit .
“Iya ,Kika ceritanya sama ibu saja . Ayah kan baru pulang , Ayah pasti butuh istirahat . Nanti sore kita ke taman ya Kika “. Jawaban Tante Elvi sontak membuatku pusing tujuh keliling . Apa jadinya kalau aku pergi dengannya , bisa-bisa aku disihir jadi keong emas seperti cerita-cerita  di TV .
“Kika gak mau !! Kika Cuma maunya sama ayah !!” Kali ini sepertinya jurusku mampu memukul mundur pertahanan nenek sihir ini .
“ Ya udah , iya nanti kita ke taman . Ayah mandi dulu ya dan kamu ganti baju dulu ya anak baik “. Ayah memencet hidungku .Stu kebiasaan Ayah yang tidak pernah ia lupakan. Ku lirik tante Elvi di sudut ruang tamu . Bendera kemenangan ku kibarkan , dan permainan hari ini akulah yang menjadi pemenang .
                                                            ***
Taman penuh dengan bunga aneka warna . Mawar , melati , kamboja , asoka , dan masih banyak lagi . Para kumbang sedang asyik bercengkrama sesamanya . Mereka sedang mereguk manisnya madu dari bunga-bunga ini . Seolah mereka memberi  isyarat kepada manusia untuk senantiasa membagi kasih sayang. Aku dan ayah berjalan menuju sebuah kedai ice cream di dekat taman yang begitu indah ini . Seperti biasa aku memesan semangkuk ice cream vanilla dengan taburan chocolate di atasnya . Sedangkan ayah masih setia dengan ice cream cappuccinonya .
Aku dan ayah asyik bercengkrama . Ayah bercerita tentang pengalamannya saat dia bekerja di sana . Tataan ruang kotta yang proyeknya hampir selesai itu membawa hasil yang memuaskan bagi ayah dan tim kerja lainnya . Aku pun cukup merasa senang dengan kerja keras ayah . Blipp.. blip..,getar dari ponselku yang ku kantongi . “angkat saja “kata ayah . Ku ambil ponselku , Rindi .
“Hallo Kika ..,kamu dimana ?”
“Ya Rindi , aku lagi di kedai ice cream dekat taman kota . kamu dimana?”
“Aku di depan rumah kamu sekarang , Kika kamu lupa janji kita ya ?”
“Astaga … aku lupa Rin ..!! Maaf Rindi , tadi ayahku baru pulang dari Jambi . Dan Ayah mengajakku ke sini , sampai aku lupa kalau aku punya janji dengan kamu “
“Ohh.. gak apa-apa Ka, Ya udah aku ke sana sajalah “
“ Ohh iya Rin , aku tunggu ya ,bye ..!!”
Klik . Ku  matikan ponselku dan segera ku simpan lagi Handphoneku ke dalam saku Jeans-ku .
Ternyata semenjak Rindi menelpon ku tadi , ayah bertemu teman lamanya . Pak Basri seorang arsitek paling terkenal di kotaku . Aku tidak ingin menggangu ayah . Tampaknya mereka sedang ingin sama-sama melepas rindu .
Rindi pun datang . Dan tanpa dipersilahkan untuk , dia sudah duduk disampingku. Rindi meraih sendok ice creamku dan menikmati sensasi rasa vanilla chocolate.Sepertinya Rindi kehausan dan saat ku toleh mangkuk ice creamku sudah habis . Aku hanya tersenyum – senyum dibuatnya . Hari ini padu padan jeans dan kemejanya begitu pas . Kemeja putih setengah lengan yang dikancingkan , jeans abu-abu yang begitu pas dengan lekak lekuk tubuhnya , dan satu lagi sepatu putih yang sepertinya baru kali ini aku melihatnya . Keren banget . Dia kelihatan begitu dewasa dengan senyuman manis yang selalu tersungging di bibirnya . Ohh ... Rindi kau begitu sempurna !!
“ Kika , mana ayah kamu ?”
“ Ayah ? Ayah lagi ngobrol tuh ama om Basri , sahabat lamanya sewaktu dia kerja di satu perusahaan yang sama “ .
“ Ehm.. ka , kita nonton yuk? Tapi sebelum itu kita minta izin dulu sama ayah kamu biar nanti ayah kamu gak nyariin kamu , ya ?”
“ Kita gak perlu minta izin lagi sama ayah , ayah juga mau nonton . Tapi ayah perginya barengan sama om Basri dan anaknya . Tadi aku sudah bilang sama ayah Rin ..”
“Ohh ... ya udah kalau begitu “. Sementara itu Ayah dan Om Basri berjalan menuju meja aku dan Rindi .
“ Tenang ayah dan om Basri sepertinya gak jadi ke Bioskop . Ayah mau ke rumahnya Om Basri dulu , kebetulan Om Basri baru pindahan 2 hari yang lalu “ .
Ayah dan om Basri berlalu begitu saja . Ayah mengizinkanku pergi bersama Rindi asal aku tidak terlalu larut malam untuk pulang . Sebelum jam 8 malam aku sudah harus ada di rumah . Tapi , ternyata rencana awal Rindi untuk mengajakku nonton film dibatalkan . Rindi hanya mengajakku untuk bermain di taman . Kata Rindi , dia ingin menunjukkan sesuatu kepadaku . Sebuah kejutankah yang akan Rindi berikan kepadaku atau hanya sebuah permainan anak remaja belaka ?
                                                            ***
Tak seperti senja di kemarin sore . Sore ini langit masih begitu cerah . Walaupun matahari sudah condong ke arah barat seperti hampir ditelan bumi . Dan kini lampu-lampu tamanpun sudah mulai dihidupan.  Di tengah-tengah taman , aku dan Rindi sedang bermain ayunan sepuasnya . Aku diayunkan sangat tinggi , settinggi bumbungan lamunanku sekarang . Ayunan itupun berhenti seketika dan Rindi berjalan ke arahku . Tatapan Rindi tajam seolah mengisyaratkanku untuk tetap diam dan hanya mendengarkan kata-katanya . “ Kika , aku punya kejutan untukmu “. Rindi menyodorkan sebuah kota merah berbentuk hati . Rindipun menyematkan sebuah cincin emas putih di jari manisku . Dan tanpa disuruh akupun menyematkan pula cincin yang sama sepertiku di jari manisnya . “ Aku tak ingin  kehilangan kamu Kika , makanya aku ingin kamu memakai cincin ini . Agar hatiku dan hatimu terikat . “ Rindi mentapku penuh harap seolah ia mengharapkan hatiku sejalan dan satu pikiran dengan hatinya . Rindipun sontak memelukku . Aku terdiam sejenak . Kubiarkan Rindi memelukku . Kurasakan tetesan demi tetesan jatuh dipundakku . “ Kalau menangis bisa menjadi alternatif untuk menenangkanmu , menangislah Rin .. menangislah “ .
Pagi yang cerah secerah hatiku saat ini . Ayah dan tante Elvi sudah dari pagi-pagi mereka pergi ke Palembang . Ada acara pernikahan keluarga di Palembang . Kini tinggal aku sendirian di rumah . Rencananya hari ini aku ingin menghabiskan seluruh waktuku di kamar dan di depan laptopku secara hari ini kan hari minggu pas banget untuk melepas segala kepenatanku selama ini . Tapi sepertinya aku harus menyingkirkan jauh – jauh pikiran untuk berleha-leha dan bersantai di kamar . Karna besok aku akan pergi ke salah satu unversitas di kotaku untuk berlomba . Lomba yang ku ikuti kali ini adalah lomba story telling .
Sudah seharian ini aku di kamar . Tapi bukannya dihabiskan  untuk latihan aku malah asyik-asyikkan bermain dengan laptopku . Aku hanya berlatih lima kali untuk lomba besok . Dan selebihnya aku habiskan untuk tidur-tiduran . Karna terlalu capek di depan komputer  aku pun tertidur pulas dan aku baru sadar ketika jarum jam sudah menunjukkan Pkl.04.00 pagi . Aku melirik handphoneku , ada sms dari ayah . Ternyata ayah menginap di Palembang dan baru siang ini ayah akan pulang . Apa ? jadi semalaman ini aku sendirian di kamar . Ampun Tuhan , sendirian?? Dan ayah bilang ada anak om Basri yang namanya Widhi menjagaku . Aku pun melompat dari tempat tidurku dan segera u lihat pintu kamarku . Aman , masih terkunci . Segera ku ambil jaket dan celana panjangku . Aku mengendap-ngendap keluar . Aku memeriksa satu persatu ruangan di rumah . Tak ada satupun orang di sana . Tapi , aku tersontak kaget ketika melihat sesosok tubuh sedang berdiri tegak di ruangan shalat . Saat ku lirik jam dinding , waktu memang sudah menunjukkan waktu shubuh .
Sosok itu tinggi , putih , dan tubuhnya pun  tegap . Wajahnyapun putih bersih bak seorang malaikat kiriman dari surga . Ku pandangi sosok itu sampai dia benar-benar selesai shalat . “ Kamu Kika kan ? Aku Widhi , anak Pak Basri . Aku disuruh ayahmu untuk menjagamu . Tapi maaf , hari ini aku tidak bisa mengantarmu pulang . Karna hari ini ada acara di kampusku dan aku menjadi MC dalam acara tersebut .Maaf ya Kika “ . Aku masih saja termenung mendengar tutur katanya yang begitu lembut dan ramah . Hampir sama seperti cara Rindi berbicara . Aku merasa terhipnotis olehsetiap perkataannnya .” Ohh iya , aku Kika . Aku tidak apa-apa , kebetulan hari ini aku juga harus ke salah satu Universitas untuk lomba .”Tutur kataku ku jaga sopan agar aku tidak terlalu ceplas ceplos di depan malaiatku ini .
Aku berlalu begitu saja . Aku masih saja teringat setiap kerlingan mata Widhi dan tutur katanya yan g baik dan sopan . Aku seperti terrsihir olehnya . Disetiap saat aku selalu saja bernyanyi dan bernyanyi . Aku merasakan sedikit kejanggalan di hatiku saat ini .
                                                            ***
Sekarang aku telah tiba di Universitas ternama itu . Ramai sekali orang disini . Aku mencari-cari kesempatan seberntar untuk berlatih . Sempat ku toleh orang-orang di sekitarku sepertinya mereka begitu berambisi untuk memenangkan acara ini .
            Ketika aku sedang melafalkan kata-kata untuk ceritaku , namaku dipanggil . “Please Welcome Kika Verdana Larasati .” Aku terkejut tapi aku mencoba untu tegar berdiri di setiap langkahku agar aku tidak terlihat gugup . Sesosok wajah yang sepertinya baru pagi ini aku melihatnya , Widhi . Dialah MC dalam acara ini . Jadi Widhi kuliah disini batinku . Widhi mempersilakanku untuk segera bercerita . Aku mencoba meyakinkan diriku agar aku tetap tenang . Aku pun mulai membuka ceritaku dengan mendendangkan sebuah lagu yang terkenal di Palembang “ Ya Saman” . Sorak sorai penonton bertepuk tangan setelah aku mendendangkan lagu itu . Selanjutnya , aku pun bercerita dengan tenang dan baru kali ini gugup tidak ku rasakan sama sekali . Syukurlah pertanyaan demi pertanyaan yang di lontarkan oleh para juri u jawab dengan lancar. Sekarang aku pun bisa duduk tenang .     
                                                                        ***
            Dan Juara I diraih oleh , “ Kika Verdana Larasati “. Sorak sorai penonton bertepuk tangan mengejutkanku. Salah seorang panitia mempersilakanku untuk ke atas pentas . Dari kejauhan ku lihat wajah Widhi telah tersenyum menyambutku . Aku membalas senyum manisnya . Widhi kau benar-benar malaikatku . Rektor universitas tersebut memberikan Trofi , sertifikat beserta uang pembinaan . Ku rasa ini sebuah mimpi . Aku pun masih tak percaya dengan serangkaian peristiwa yang membuat hatiku berbunga-bunga hari ini . Dimulai saatku bangun dan bertemu Widhi dan sekarang aku betul-betul sedang memegang sebuah Trofi penghargaan . Rasanya aku ingin segera pulang dan menunjukkan semua ini untuk ayah dan Rindi . Mereka pasti senang .
            Di depan kampus Universitas tersebut , aku masih menunggu bjemputan ayah . Setelah mendapatkan kabar bahwa aku menjadi juara hari ini , ayah berjanji akan menjemputku dan sesampainya di rumah ayah akan mengajakku makan malam di restaurant kesukaanku .Alangkah bahagianya semua anak-anak di dunia ini jika mereka juga mempunyai  ayah yang sama sepertiku .Blipp…blip.. , kurasakan getar dari ponsel handphone di jas almamaterku . Ada pesan dari Rindi .
            “ Kika , selamat ya atas kemenangannya . Aku ikut senang mendengarnya . Besok kamu traktir aku ya Kika .Hehehe… J
Aku pun tersenyum setelah membaca sms dari Rindi . Rindi selalu bisa membuatku tersenyum dan tertawa.
            “Iya , besok aku traktir kamu Rin “
            Hari sudah hampir jam 3 sore ketika ku lirik deretan mobil di jalan raya dan mobil ayah belum juga terlihat sama sekali . Perutku terasa lapar sekali . Dari pagi tadi aku belum makan , hanya berbekal roti pembelianku di jalan tadi pagi . Aku berniat mencari makanan pengganjal perut di kantin kampus . Namun  ketika tubuhku berbalik dan ternyata aku hamper menabrak orang . Sepertinya aku mengenali sosok ini , dia Widhi .
            “ Kika ?”
            “Kak Widhi ?”
            “Kamu belum pulang ka ?”
            “Belum kak , aku masih menunggu jemputan ayah . Sebentar lagi juga datang kok ,kakak sendiri kok belum pulang ?”
            “Kakak juga lagi menunggu jemputan “
            “Kalau begitu sama donk “
            “ Iya “
Kalau keadaannya seperti ini , kuurungkan niatku untuk ke kantin . Lebih baik aku menahan lapar dari pada aku kehilangan kesempatan bersama malaikatku . Dari kejauhan aku melihat mobil ayah. Ayahpun  berhenti tepat di depan aku dan Widhi . Dan satu hal yang membuat jantungku hampir lepas , setelah aku memasuki mobil ternyata Widhi juga masuk mobil ayah tanpa dipersilakan lagi . Widhi duduk tepat disampingku . Oh Tuhan , bagaimana ini ? Dalam perjalanan pulang biasanya aku tertidur . Entah aku sedang mengantuk atau tidak aku pasti tertidur . Dan bagaimana jadinya kalau Widhi ada di sampingku . Ayahhhhh…………….??
                                                            ***
Aku baru sadar ternyata sekarang aku sudah ada di depan rumah . Widhi lah yang membangunkanku dan malunya aku , ketika aku tahu bahwa aku telah tidur di pundak Widhi . Apa reaksi Rindi kalau dia tahu kejadian ini . Ahh sudahlah , Rindi tak akan tahu . Aku turun dari mobil dan langsung masuk ke rumah . Ketika aku sampai di ruang tamu , ku lihat Rindi duduk di ruang tamu menunggu . Aku sangat senang melihat Rindi .
“ Rinndii.. , lihat ini !! aku tersenyum bahagia sambil mengacungkan trofi dan sertifikatku . Rindi tersenyum bahagia melihatku . Dia tersenyum manis kepadaku , dan baru kali ini aku melihat senyum special itu .
Ayah dan Widhi masuk ke dalam rumah . Aku masih ayik bercengkrama dengan Rindi. Tak henti-hentinya aku tertawa dengan Rindi . Tiba-tiba aku mendengar suara batuk yang menyesakkan dada . Ku cari asal suara itu . Dan ternyata itu Widhi . Widhi sudah jatuh tersungkur  di lantai . Mulutnya sudah berlumuran darah . Ya Tuhan , apa yang terjadi dengannya ??
“ Widhi…widhi .., kamu kenapa ?” Aku meraih tubuh Widhi dan memeluknya . Wajahnya pucat dan mulutnya penuh darah . Ayah langsung menghubungi om Basri  untuk segera ke rumah sakit . Rindi langsung berlari ke mobilnya . Ayah dan Rindi meraih tubuh Widhi dari pelukanku dan langsung membawanya ke mobil .
Widhi masih belum sadarkan diri sewaktu om Basri dan tante Rina datang . Tante Rina menangis melihat keadaan anaknya . Tak terasa air mataku tak terbendung lagi . Kenapa aku seperti ini . Widhi baru hari ini ku kenal tapi perkenalan hari ini seperti membawa aku ke masa lalu . Rindi meraih tubuhku dan mengajakku untuk duduk . Aku dan Rindi duduk terpaku di sudut pembaringan Widhi . Batinku masih berkecamuk , apa yang terjadi dengan Widhi ??Kenapa dia tiba-tiba sakit seperti ini ??
Om Basri menunjukkan sesuatu kepada ayah . Sepertinya itu sebuah buku harian . Ayah meraihnya dann membaca setiap lembar dari buku lusuh itu . Ayah tertegun ketika membaca sebuah penggalan kata dari apa yang ditulis di buku kuno itu . Apa yang dibaca ayah itu ? Kenapa ayah kelihatan begitu terkejut ?.
Om Basri mendekat dan menceritakan semua yang ia ketahui kepada ayah . Dia meminta maaf . Aku masih tidak mengerti dengan jalan pikiran dua orang tua ini. Aku mendekat dan mulai berbicara,”Apa yang terjadi om ? Ada apa dengan Widhi ?” kataku dengan wajah penuh harap . Om Basri pun menghampiriku . “ Kika , om kira kamu sudah cukup umur untuk mengetahui semua kisah tentang ibumu dan Om “ . Om Basri menyodorkan buku harian kuno itu kepadaku. “kamu harus tahu siapa Widhi , kika…”. Mata om Basri berkaca-kaca .  “ Ceritakanlah om , Kika akan menerimanya dengan ikhlas ..”.
“kejadian ini sudah bertahun-tahun lamanya . Ketika Om dan ibumu adalah sepasang kekasih semasa kami kuliah semester 6. Kami menjalin suatu hubungan secara sembunyi-sembunyi karna kedua orang tua kami tidak ada yang menyetujui . Pada saat kami study banding ke Bandung , teman-teman yang lain berniat untuk mengadakan sebuah pesta atas kemenangan kami meraih medali dan berbagai piala dalam sebuah kompetisi bergengsi di Surabaya . Semua orang larut dalam pesta itu termasuk om dan ibumu . Tapi , ada orang iseng  yang menjebak kami di dalam kamar tamu setelah kami mabuk karna terlalu dipaksa minum alcohol . Dan hal yang tidak kami inginkan terjadi . 1 bulan kemudian , ibumu hamil . Om merasa harus bertanggung jawab atas semua perbuatan kami . Tapi ternyata ayahnya ibumu tidak mengizinkan kami untuk menikah . Beliau berjanji tidak akan menikahkan ibumu dengan siapa-siapa kecuali dia telah melahirkan . Sampai akhirnya tiba ibumu melahirkan  seorang bayi laki-laki . Dan tidak seperti yang om kira , ternyata bayi itu di buang ke panti asuhan  tanpa sepengetahuan ibumu . Waktu itu ibumu belum sadarkan diri . Om mengetahui hal itu . Setelah eyangmu dengan teganya memb uang bayi mungil itu , om segera menggendong dan membawanya kembali ke rumah . Om bersyukur sekali ketika ibu dan ayah om mau merawat bayi itu sampai sekarang . Dan kamu tahu Kika siapa bayi itu?? Dialah Widhi remandanu putra “.
Om Basri mengakhiri ceritanya dengan derai tangis . Aku tidak kuasa melihatnya . Aku berlari menghampiri tempat Widhi . Widhi sakit . Widhi malaikatku , pujaanku , dan sekarang aku tahu ternyata kau adalah kakakku . Ku pegangi tangannya begitu halus nan putih . Tega sekali eyang membuang kakakku ini . Air mataku terus mengalir dengan derasnya memikrikan setiap kenangan pahit yang dialami Widhi . Ada yang membelai rambutku . Widhi ??” . Dia sadar .
  “engkau adikku Kika , dan aku kakakmu “. Widhi tersenyum padaku, dia tidak kelihatan seperti sakit . Dia masih seperti malaikatku. Ayah berusaha bangkit dari tempat duduknya,”maafkan aku nak,ayah tidak menegetahui tentang kisah ini ..”ayah menangis tersedu-sedu . Widhi masih tersenyum dan memegang tangan ayah . Aku berusaha tegar dan bertanya .
“Aku berjanji akan menjadi adik yang patuh kepadamu kakak..”
“Aku juga berjanji akan menjadi kakak yang terbaik buat kamu Kika “ . Widhi meraih tanganku dan memberikan senyum terindahnya yang penuh semangat .
Setelah kejadian di rumah sakit , Widhi berangsur-angsur membaik . Kejadian batuk berdarah itu hanya penyakit biasa . Ternyata Widhi tidak bisa tidur di tempat yang dingin .Kini Widhi lebih sering datang ke rumahku dan menginap . Sekarang dia sudah menjadi keluarga besar Verdana .
Widhi malaikatku , ternyata dia kakakku.Aku begitu senang dengan rahasia kehidupaku ini . Walaupun kejadian ini menorehkan luka di hati dan kisah yang akan terkenang sepanjang masa , tapi inilah hidup . Aku mensyukuri semua pemberian Tuhan . Dan sekarang aku punya kakak , seorang malaikat . Widhilah seorang Malaikat titipan ibuku yang akan menjagaku dan akan selalu bersamaku . Ayah , Rindi , dan Malaikatku Widhi , kalian adalah tiga tongga kehidupanku .
                                                            Selesai

Sinopsis “Malaikat Titipan Ibu “
Apa jadinya jika seorang anak yang selalu ditinggal ayahnya pergi keluar kota tinggal bersama seorang ibu tiri ?? Ada anak yang pasrah atas semua penyiksaan ibu tirinya tapi tetap saja menyimpan perasaan dongkol di dalam hati . Tapi berbeda dengan Kika . Bagi Kika seorang yang akan menyakitinya maka dia akan membalasnya jika dia tidak mempunyai salah apa-apa .
Rindi pacarnya Kika . Sosok cowok yang selalu member perhatian penuh atas setiap masalah Kika . Kisah percintaan mereka tak ada halangan dan hambatan . Tapi suatu ketika , saat Kika ditinggal di rumah oleh ayah dan ibu tirinya ternyata dia tidak sendirian . Ayahnya telah menyuruh seorang cowok yang bernama Widhi untuk menjaga Kika .
Sosoknya yang sempurna membuat Kika mengandaikan Widhi sebagai seorang malaikat . Dan betapa terkejutnya Kika ketika tahu Widhi sakit ?? Dan di mulai dari sinilah , kisah kehidupan Widhi dan Kika terkuak .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar