“Sulit mungkin
bagi gue melupain dia sarah. Dia terlalu hadsome
banget”. Seru Cilla saat dia mengadu padaku tentang pacarnya Blenzi.
“Apa susahnya
Cilla?? Handsome gak jadi jaminan dia
baik ato gak sama kamu. Coba kamu fikir, udah berapa kali kamu di gituin ama
dia. Tapi kamu kayaknya udah kena santet ama tuh cowok”. Aku kesal dengan Cilla
yang terus membela pacarnya padahal cowok itu jahat baget.
“ come on sarah… Blenzi is so handsome and
cool. Iknow you also falling in love with him, yeah ??” Cilla menggodaku.
Aku bergidik mendengarnya, dasar Cilla! Jadi cewek kok mudah banget jatuh
cinta.
“ I know boy and I know love so don’t teach me about it!” aku meninggalkan Cilla sendirian dengan khayalan-khayalannya tentang Blenzi.
“ I know boy and I know love so don’t teach me about it!” aku meninggalkan Cilla sendirian dengan khayalan-khayalannya tentang Blenzi.
* * *
Minggu
ini hari pertama di bulan april. Aku sudah disibukkan dengan beberapa tugas
mata pelajaranku yang menumpuk. Mulai dari essay bahasa, beberapa praktikum
IPA, dan temasuk olahraga. Aku sudah cukup lelah dengan tugas yang menumpuk
ini. Tapi sepertinya energy dalam tubuhku memang tak pernah habis. Aku bahkan
sering tertawa sewaktu aku menyadari aku seperti saraz 808 yang punya kekuatan
lebih untuk menolong orang-orang di sekitarku. Yeah.. seperti itulah orang
mengatakanku.
Sekolompok
cowok mendekatiku saat aku sedang menulis essay di laptopku. Mereka mendekatiku
dan duduk mengelilingiku. Aku mencoba untuk tetap tenang dan tidak menatap
mereka. Aku tahu mereka sedang menatapku lekat-lekat. Dalam hatiku aku berkata
“ Ya Allah apa yang akan mereka lakukan padaku?” seorang cowok melangkah
mendekatiku dan duduk di sampingku. aku bergeser ke kanan dan segera menutup
laptopku. Aku beringsut pergi tapi cowok itu keburu menarik tangan kiriku.
“hey
lepaskan!!” erangku.
“mau
kemana manis..aku sudah lama menyukaimu. Kau jangan pergi lagi dariku, ku
mohon!!”
“aku
bahkan tak mengenal siapa kamu. Kenapa kau bisa mengatakan seperti itu!” aku
mencoba menarik tanganku dan menjauh pergi”
“Sarah..
duduklah, tenangkan dirimu. Kau jangan menjauh terus dariku”
Aku
berlari menjauh dari lelaki aneh itu. Mereka masih tertawa tak jelas dengan
lelucon-lelucon yang sebenarnya tak lucu. Aku mencoba menjauh dari kerumunan
orang-orang yang ada. Tak sadar aku telah jauh dari sekolah. Banyak semak
belukar yang ada dan tempat ini tak ku kenali.
to be continue :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar